Mobil Baru Murah
Saraswati Pramita
Saraswati Pramita
| 25-11-2025
Oto Team · Oto Team
Mobil Baru Murah
Ingat saat mobil kecil baru dengan harga terjangkau, di bawah Rp400 jutaan, terasa realistis dan bisa dibeli siapa saja?
Sekarang, bayangan itu seakan menghilang dari showroom. Jika Anda sedang mencari mobil pertama, kendaraan perkotaan, atau hatchback keluarga sederhana, satu pertanyaan penting muncul: mengapa mobil baru yang benar-benar murah kini hampir tidak ada?

Deal Murah yang Menghilang

Di era 2000-an hingga 2010-an, model kecil seperti Chevrolet Spark, Hyundai Accent, Ford Fiesta, Toyota Yaris, dan Mitsubishi Mirage membuat pasar mobil baru tetap ramah di kantong. Mobil-mobil ini sederhana, hemat bahan bakar, dan mudah dimiliki.
Namun pada 2025, pemandangan itu nyaris hilang. Di pasar AS, Nissan Versa menjadi salah satu satu-satunya mobil baru yang masih mulai di bawah $20.000, dan itu pun hanya di varian paling dasar. Bagi sebagian besar pembeli, pilihan mobil baru murah kini nyaris menyusut menjadi satu atau dua opsi saja.

Biaya Produksi yang Terus Naik

Memproduksi mobil baru kini lebih mahal daripada sebelumnya. Analis industri menyoroti kenaikan biaya tenaga kerja, masalah rantai pasok yang berkelanjutan, serta bahan baku seperti baja, aluminium, dan logam untuk baterai yang semakin mahal. Kekurangan chip elektronik beberapa tahun terakhir memaksa produsen memprioritaskan kendaraan yang lebih menguntungkan, dan efeknya masih terasa hingga kini.
Alih-alih menahan kenaikan harga, merek mobil terpaksa menaikkan daftar harga. Mobil kecil, yang sudah dibangun dengan margin tipis, menjadi semakin sulit untuk dijual dengan harga terjangkau. Untuk beberapa produsen, menghentikan produksi model paling murah lebih menguntungkan dibanding mencoba mempertahankan harga rendah.

Standar Keamanan yang Semakin Ketat

Peraturan keselamatan dan emisi modern juga mengubah apa yang termasuk dalam mobil "dasar". Kamera mundur, sensor tekanan ban, beberapa airbag, dan sistem stabilitas kini menjadi standar di banyak pasar. Sistem bantuan pengemudi, seperti pengereman darurat otomatis dan deteksi pejalan kaki, juga semakin banyak diterapkan.
Meskipun semua peningkatan ini meningkatkan keselamatan pengemudi dan penumpang, setiap sensor tambahan, unit kontrol, dan kalibrasi menambah biaya dan kompleksitas. Ketika aturan ini berlaku untuk SUV premium sekalipun, mobil kecil memiliki sedikit ruang untuk tetap ramah di kantong.

Prioritas Profit yang Jelas

Perusahaan otomotif tetap berorientasi pada laba. Mobil yang lebih besar, SUV, dan pickup biasanya memberikan keuntungan per unit lebih tinggi dibanding mobil entry-level sederhana. Menjual satu kendaraan bermargin tinggi bisa lebih menguntungkan daripada menjual beberapa mobil kecil yang minim fitur.
Strategi ini terlihat dari rencana pabrik. Sebuah pabrik joint venture di Alabama awalnya akan memproduksi mobil kompak populer, namun akhirnya dialihkan untuk membuat crossover, karena permintaan dan margin keuntungan di segmen tersebut lebih besar. Ketika banyak produsen mengikuti strategi serupa, pasar secara keseluruhan bergeser menjauh dari model murah.

Kenaikan Harga yang Diam-Diam Terjadi

Inflasi telah diam-diam merubah arti "erjangkau". Sekitar tahun 2000, sedan menengah seperti Honda Accord atau Toyota Camry mulai dijual dengan harga pertengahan belasan ribu dolar AS. Jika disesuaikan dengan inflasi, harga itu nyaris sama dengan angka awal mobil modern saat ini.
Sementara itu, rata-rata harga transaksi mobil baru kini mendekati $49.000, dan jumlah mobil di bawah $30.000 menurun drastis sejak akhir 2010-an. Segmen mobil murah semakin tipis, sementara kategori mobil senilai $50.000 ke atas tumbuh pesat.

Perubahan Tren Mobil Bekas

Dengan semakin sedikit mobil baru murah, banyak pembeli beralih ke mobil bekas. Namun, permintaan tinggi dan pasokan terbatas, terutama untuk model bekas yang masih layak pakai, membuat harga tetap tinggi. Rata-rata harga mobil bekas berkualitas kini mendekati puluhan juta rupiah, dan model compact Jepang berusia 5-7 tahun sering dijual di kisaran Rp300-400 jutaan.
Menariknya, tidak semua pembeli mobil bekas terdorong oleh keterbatasan dana. Beberapa konsumen dengan kredit baik memilih mobil bekas baru atau model akhir karena dianggap lebih hemat, terutama saat harga mobil baru semakin mahal.

Beban Pinjaman yang Semakin Berat

Harga mobil yang terus naik membuat banyak pembeli memperpanjang tenor kredit. Data terbaru menunjukkan rata-rata pinjaman mobil baru mendekati 68 bulan, dan pinjaman mobil bekas tak jauh berbeda. Tenor hingga 72 atau bahkan 84 bulan kini umum.
Meski cicilan bulanan lebih ringan, total bunga yang harus dibayar bisa sangat tinggi. Untuk mobil senilai $30.000 yang dicicil 84 bulan dengan bunga sekitar 13%, bunga saja bisa mendekati $16.000, lebih dari setengah harga mobil. Kombinasi ini meningkatkan risiko negatif equity, di mana nilai mobil turun lebih cepat daripada sisa pinjaman.
Mobil Baru Murah

Masa Depan Mobil Murah

Mobil listrik sering digembar-gemborkan sebagai masa depan, namun harga entry-level EV tetap berada di kisaran $30.000 di banyak pasar. Biaya baterai memang menurun, tapi belum cukup untuk menghadirkan gelombang mobil listrik baru yang benar-benar murah. Infrastruktur pengisian juga masih belum merata, membatasi daya tarik mobil murah jenis ini.
Sementara itu, produsen fokus pada elektrifikasi, teknologi bantuan pengemudi, dan kendaraan berharga tinggi, bukan menghidupkan kembali mobil murah klasik.

Sisa Pilihan yang Bertahan

Hanya beberapa model, seperti Nissan Versa 2025 varian dasar, yang masih menjadi simbol mobil baru sub-$20.000. Mobil ini menawarkan transportasi esensial, fitur keselamatan modern, dan garansi penuh dengan harga yang hampir tidak ada tandingannya.
Apakah mobil-mobil ini bisa bertahan dalam jangka panjang masih menjadi tanda tanya. Jika biaya produksi terus naik atau permintaan sedan kecil semakin menurun, opsi murah pun bisa lenyap atau hadir dalam trim lebih mahal dengan fitur lebih lengkap.

Kesimpulan

Hilangnya mobil baru dengan harga di bawah Rp400 jutaan bukan karena kurangnya minat. Faktor utamanya adalah biaya produksi yang tinggi, standar keselamatan yang ketat, fokus pada kendaraan berprofit tinggi, harga mobil bekas yang tetap mahal, dan tenor pinjaman yang panjang serta bunga tinggi.
Bagi pembeli masa kini, "terjangkau" berarti harus memilih dengan cermat antara mobil baru sederhana, mobil bekas yang lebih nyaman, atau menunda pembelian hingga pasar kembali bersahabat dengan kantong.