Uji Coba Kendaraan Otonom
Citra Wulandari
Citra Wulandari
| 04-12-2025
Oto Team · Oto Team
Uji Coba Kendaraan Otonom
Bulan Juli lalu, kami menjejakkan kaki di bandara Dubai dan langsung disambut oleh gelombang panas 48°C yang membuat kami nyaris terengah.
Sepuluh menit kemudian, kacamata hitam kami berkabut, ponsel mulai overheat, dan keringat tak henti-hentinya mengalir. Bayangkan jika kendaraan otonom, sebuah bus tanpa sopir harus berjalan nonstop di tengah badai pasir dan cuaca gurun yang menyengat ini.
Seperti film fiksi ilmiah, bukan?
Namun, kota-kota seperti Dubai dan Doha melihat kondisi ekstrem ini bukan sebagai hambatan, melainkan sebagai laboratorium hidup. Mereka mempelajari secara langsung apa yang dibutuhkan untuk menjaga kendaraan otonom tetap beroperasi di lingkungan panas dan berdebu, dan pelajarannya jauh melampaui sekadar menjaga roda tetap berputar.

1. LiDAR dan Tantangan Debu Gurun

Kendaraan otonom sangat bergantung pada LiDAR untuk "melihat" lingkungannya. Masalahnya, di tempat seperti Dubai dan Doha, partikel debu dan pasir menempel pada sensor LiDAR seperti lem pada glitter. Dalam hitungan menit, visibilitas menurun drastis. Tanpa sensor yang bersih, kemampuan kendaraan untuk "melihat" pun hilang.
Para insinyur kini menguji berbagai solusi:
- Lapisan hidrofobik pada sensor untuk menolak debu halus
- Sistem pembersih otomatis seperti wiper mini dan semprotan udara
- Redundansi sensor, menambahkan radar dan kamera termal sebagai cadangan jika LiDAR gagal
Pendekatan cerdas lainnya adalah algoritma sensor fusion yang menyesuaikan secara dinamis saat debu mengganggu satu aliran data. Seolah kendaraan diberi insting ekstra saat pandangannya mulai buram.

2. Tantangan HVAC di Panas Ekstrem

Manusia tidak bisa berada di kotak logam bersuhu 50°C, sehingga sistem pendingin menjadi sangat krusial. Namun, HVAC (Heating, Ventilation, and Air Conditioning) pada shuttle otonom harus melakukan lebih dari sekadar mendinginkan kabin. Sistem ini harus:
- Bekerja efisien dengan konsumsi baterai minimal
- Menyesuaikan diri dengan perubahan penumpang (pintu terbuka = panas masuk)
- Menjaga suhu stabil di berbagai zona kabin (depan, tengah, belakang)
Dalam uji coba Lusail Smart City, Doha, ditemukan bahwa A/C konvensional tidak mampu menangani beban ini. Solusinya? Sistem pendingin multi-tahap, lapisan reflektif panas pada bodi, dan perangkat lunak manajemen termal pintar yang mengurangi tekanan HVAC saat bus melaju atau berhenti.
Lebih menariknya lagi, mereka mencoba model kenyamanan kabin berbasis AI. Artinya, bus bisa "mempelajari" preferensi penumpang dari waktu ke waktu.
Uji Coba Kendaraan Otonom

3. Redundansi sebagai Strategi Bertahan Hidup

Suhu tinggi bisa merusak elektronik. Mikrochip bisa melambat, baterai cepat menurun, dan konektor bisa melengkung. Inilah sebabnya uji coba shuttle otonom di Expo City Dubai menekankan redundansi bukan hanya pada sensor, tetapi juga pada semua sistem:
- Sistem baterai ganda untuk mencegah overheating dan mati mendadak
- Modul kemudi dan rem cadangan
- Kontrol berbasis cloud jika sistem onboard mati
Di Qatar, mereka bahkan mensimulasikan "mode kegagalan termal" menjalankan kendaraan di ruang panas dan terowongan pasir untuk memaksa kendaraan mengalami kerusakan. Tujuannya? Mengetahui apa yang gagal, kapan, dan seberapa cepat bisa pulih.

4. Kebijakan, Penumpang, dan Praktikalitas

Bukan hanya masalah perangkat keras. RTA Dubai menetapkan protokol keselamatan kendaraan otonom yang disesuaikan dengan cuaca gurun. Ini termasuk aturan minimum kejernihan sensor, batas suhu kabin penumpang, hingga prosedur darurat tanpa sopir.
Sementara itu, baik Doha maupun Dubai melibatkan penumpang sejak awal. Uji coba mengumpulkan masukan tentang kepercayaan penumpang, kenyamanan perjalanan, dan ketahanan terhadap panas. Fokusnya bukan hanya teknologi yang bekerja, tetapi teknologi yang dipercaya orang, bahkan saat suhu di luar mencapai 49°C dan angin membawa aroma panas membakar aspal.

Jika Bisa Bertahan di Gurun, Bisa Bertahan di Mana Saja

Mengujicoba kendaraan otonom di cuaca ideal itu mudah. Tapi menguji di panas ekstrem, debu pekat, dan kota yang padat? Di sinilah terobosan nyata terjadi. Apa yang dilakukan Dubai dan Doha bukan sekadar berani, tapi sangat penting. Karena jika shuttle bisa menghadapi panas terik Gurun Arab, hampir pasti ia bisa beradaptasi di mana saja di dunia.
Tertarik mencoba naik shuttle otonom yang tahan gurun ini? Kunjungi zona Expo City Dubai atau transport hub Lusail, di sana teknologi masa depan sudah menantang panas hari ini.